PENGERTIAN ALINEA DAN MACAM-MACAMNYA,
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT,
DAN TEKNIK PENULISAN RINGKASAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Bahasa Indonesia”
Disusun oleh:
Ahmad Khoirul Huda : C51210120 Amalis Sofi’ah : C51210122 Iman Herlambang : C51210131 Khoirun Ni’mah : C51210141 Lailatul Mutoharoh : C51210143 Muhammad Fauzinuddin : C51210149 |
Dosen Pembimbing:
Siti Rumilah, M.Pd.
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS SYARIAH
JURUSAN AHWALUS SYAKHSIYAH
SURABAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paragraf atau alinea merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling bertalian dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Penggunaan kalimat seringkali menimbulkan persoalan tentang keabsahan kalimat tersebut. Sehingga perlu dikaji dan dianalisis kesalahan kesalahan yang terjadi ketika hendak menggunakan kalimat sesuai dengan tata bahasa. Dalam makalah ini pula akan dijelaskan bagaimana teknik pembuatan ringkasan yang benar.
Rumusan Masalah
- Pengertian alinea
- Macam-macam alinea
- Analisis kesalahan dalam penggunaan kalimat
- Membuat ringkasan
Tujuan Penulisan
- Memahami pengertian alinea
- Mengetahui macam-macam alinea
- Memahami analisis kesalahan dalam penggunaan kalimat
- Memahami cara membuat ringkasan
Manfaat Penulisan
- Menambah wawasan pengetahuan tentang ketatabahasaan Indonesia
- Dapat dijadikan sumber referensi bagi tulisan lain
- Mengetahui kesalahan-kesalahan dalam penggunaan kalimat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alinea/Paragraf
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Alinea” berarti garis baru, paragraf. Gorys Keraf (1997:1 ) menyatakan bahwa alinea merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam suatu alinea, gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok secara jelas.
Tidak ada persyaratan yang jelas tentang berapa banyak jumlah kalimat yang diperlukan untuk sebuah alinea yang ideal. Jadi tidak heran jika terkadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Panjang pendeknya alinea itu sendiri dipengaruhi oleh kalimat topik, jika dengan beberapa kalimat saja dirasa sudah cukup maka tidak perlu ditambah dengan kalimat lagi. Karena sebuah alinea yang terlalu panjang dan berambisi menjelaskan gagasan pokok yang agak besar sekaligus, umumnya dianggap kurang ideal. Alinea semacam ini akan terasa berbelit-belit, atau membuat pembaca kurang paham terhadap apa yang dibacanya.
Ada tiga syarat dalam pembentukan alinea, yaitu:
- Adanya kesatuan. Artinya alinea tersebut memperlihatkan satu kesatuan yang tunggal.
- Adanya koherensi. Yakni adanya hubungan yang harmonis, yang memperlihatkan kesatuan dan kebersamaan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam sebuah alinea.
- Memperhatikan perkembangan alinea. Perkembangan alinea harus dijaga agar jangan sampai mengembang ke suatu arah yang tidak relevan untuk menjelaskan gagasan pokok.
B. Jenis Alinea/Paragraf
Jenis Paragraf Menurut Posisi Kalimat Topiknya
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalimat topik dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagi sebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: paragraf deduktif, induktif, dan deduktif-induktif
1. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya ditempatkan pada bagian awal paragraf, yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh:
Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan. Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S. Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to door”.
2.Paragraf Induktif
Paragraf induktif yaitu paragraf yang letak kalimat utamanya terletak diakhir paragraf.
Contoh:
Banjir di Jakarta sebenarnya disebabkan oleh perbuatan manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang yang buang sampah sembarangan. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan disekitarnya. Oleh sebab itu, maka seharusnya pemerintah setempat harus mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerin- tah setempat harus membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya agar Jakarta terbebas dari banjir.
3. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, maka terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh:
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat, murah, dan sehat. Pihak pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung berapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah, dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Jenis Paragraf Menurut Sifat Isinya
Isi sebuah paragraf dapat bermacam-macam tergantung pada maksud penulisannya dan tuntutan sifat informasi yang akan disampaikan. Penyelarasan sifat isi paragraf dengan isi karangan sebenarnya cukup beralasan karena pekerjaan menyusun paragraf adalah pekerjaan mengarang juga. Berdasarkan sifat isinya, alinea dapat digolongkan atas lima macam, yaitu:
1. Paragraf Persuasif
Paragraf persuasif adalah isi paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara mempengaruhi atau mengajak pembaca. Paragraf persuasif banyak dipakai dalam penulisan iklan, terutama majalah dan koran. Sedangkan paragraf argumentasi, deskripsi, dan eksposisi umumnya dipakai dalam karangan ilmiah seperti buku, skripsi dan makalah. Adapun paragraf naratif sering dipakai untuk karangan fiksi seperti cerpen dan novel.
Contoh:
Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah-sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing-masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
2. Paragraf Argumentasi
Yaitu isi paragraf yang membahas satu masalah dengan bukti-bukti alasan yang mendukung.
Contoh:
Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008–2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009–2010.”
3. Paragraf Naratif
Paragraf naratif adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam karangan atau paragraf naratif terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama.
Perhatikan contoh berikut!
Kemudian mobil meluncur kembali, Nyonya Marta tampak bersandar lesu. Tangannya dibalut dan terikat ke leher. Mobil berhenti di depan rumah. Lalu bawahan suaminya beserta istri-istri mereka pada keluar rumah menyongsong. Tuan Hasan memapah istrinya yang sakit. Sementara bawahan Tuan Hasan saling berlomba menyambut kedatangan Nyonya Marta. Paragraf naratif disusun dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis.
4. Paragraf deskriptif
Adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu dengan bahasa.
Contoh:
Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci.
5. Paragraf eksposisi
Paragraf yang memaparkan suatu fakta atau kenyataan kejadian tertentu.
Contoh:
Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980-1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
Jenis Paragraf Menurut Fungsinya dalam Karangan
Menurut fungsinya, paragraf dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Paragraf Pembuka
Tiap jenis karangan akan mempunyai alinea yang membuka atau menghantar karangan itu, atau menghantar pokok pikiran dalam bagian sebuah karangan. Alinea pembuka yang pendek jauh lebih baik, karena alinea-alinea yang panjang hanya akan menimbulkan kebosanan pembaca. Paragraf pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek pokok pembicaraan dalam karangan . Sebagai bagian awal sebuah karangan, paragraf pembuka harus difungsikan untuk:
1. Menghantar pokok pembicaraan
2. Menarik minat pembaca
3. Menyiapkan atau menata pikiran untuk mengetahui isi seluruh karangan.
Setelah memiliki ketiga fungsi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa paragraf pembuka memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah karangan. Paragraf pembuka harus disajikan dalam bentuk yang menarik untuk pembaca. Untuk itu bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu:
1. Kutipan, peribahasa, anekdot
2. Pokok pembicaraan
3. Pendapat atau pernyataan seseorang
4. Uraian tentang pengalaman pribadi
5. Uraian mengenai maksud dan tujuan penulisan
6. Sebuah pertanyaan.
2. Paragraf Pengembang
Bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam alinea pembuka. Paragraf ini didalam karangan dapat difungsikan untuk:
1. Mengemukakan inti persoalalan
2. Memberikan ilustrasi
3. Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya
4. Meringkas paragraf sebelumnya
5. Mempersiapkan dasar bagi simpulan
3. Paragraf Penutup
Paragraf ini berisi simpulan sebagian karangan atau simpulan seluruh karangan. Paragraf ini sering merupakan pernyataan kembali maksud penulis agar lebih jelas karena mengingat paragraf penutup dimaksudkan untuk mengakhiri karangan. Penyajian memperlihatkan hal sebagai berikut:
Sebagai bagian penutup, paragraf ini tidak boleh terlalu panjang.
Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai cerminan inti seluruh uraian.
Sebagai bagian yang paling akhir dibaca, disarankan paragraf ini dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembacanya.
B. Analisis Kesalahan dalam Penggunaan Kalimat
Dalam menganalisis kesalahan-kesalahan umum yang dialami ketika seseorang menggunakan suatu kalimat, maka disini pemakalah akan memetakan kesalahan-kesalahan tersebut, yaitu sebagai berikut :
(1) Ketidakefektifan kalimat (2) Kesalahan pemilihan kata (3) Kesalahan penggunaan afiks (4) Tidak lengkapnya fungsi-fungsi kalimat (5) Kesalahan pemakaian preposisi (6) Pembalikan urutan kata (7) Kesalahan penggunaan konstruksi pasif (8) Kesalahan pemakaian konjungsi (9) Ketidaktepatan pemakaian yang (10) Kesalahan dalam pembentukan jamak.
Selanjutnya akan dibahas satu persatu kesalahan-kesalahan tersebut dengan disertakan contoh dan alternatif pembenarannya.
1. Kesalahan Keefektifan Kalimat
Kalimat-kalimat yang dibuat disebut tidak efektif karena tidak adanya kesatuan informasi/arti dan bentuk. Dan kalimat yang dibuat mengandung lebih dari satu kesatuan informasi sehingga sering menimbulkan kerancuan dan ketidaktepatan arti. Bahkan, ada banyak pernyataan yang hanya berisi jajaran kata-kata saja tanpa arti yang jelas sehingga tidak membentuk sebuah kalimat yang utuh dari segi bentuk dan maknanya.
Contoh kesalahan kefektifan kalimat:
Sering keluarga yang dari daerah pedalaman tinggal di luar kota lama dan banyak adalah petani.
Alternatif pembenarannya:
Keluarga dari daerah pedalaman, yang sebagian besar adalah petani, sering tinggal di luar kota untuk waktu yang lama.
2. Kesalahan Pemilihan Kata
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila terjadi kesalahan pemilihan kata maka akan terjadi pergeseran arti/ makna kalimat, tidak sebagaimana diinginkan oleh penulisnya. Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
Alternatif pembenarannya:
Situasi ini membingungkan anak-anak dan sangat mempengaruhi mereka.
Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama enam tahun.
3. Kesalahan Penggunaan Afiks
Kesalahan penggunaan afiks yang ditemukan cukup beragam. Ada banyak ketidaktepatan dalam menentukan afiks yang akan digunakan dalam proses verbalisasi maupun nominalisasi. Afiks - afiks tersebut sering digunakan terbalik-balik, misalnya seharusnya memakai afiks me- tetapi menggunakan afiks ber- dan demikian pula sebaliknya. Ketidaktepatan tersebut akan berakibat tidak tepatnya sense kalimat yang dibentuk dan bergesernya arti kalimat tersebut.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
Saya nikmat perjalan di Indonesia.
Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
Alternatif pembenarannya:
Saya menikmati perjalanan di Indonesia.
Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
4. Kesalahan karena Tidak Lengkapnya Fungsi Kalimat
Kesalahan-kesalahan ini berupa ketidaklengkapan fungsi kalimat yang meliputi tidak adanya subjek, predikat yang tidak jelas, dan penghilangan objek pada predikat berverba transitif.
Contoh kesalahan karena tidak bersubjek:
Di keraton menarik dan indah tetapi cuaca lembab dan panas.
Alternatif pembenarannya,
Keraton Yogyakarta menarik dan indah tetapi cuaca hari ini lembab dan panas.
Contoh kesalahan karena predikat kalimat yang tidak jelas:
Lebih dari itu, Aromatheraphy ini untuk ketegangan dan kesantaian, ini lebih baik membakar minyak di dalam kamar.
Alternatif pembenarannya:
Lebih dari itu, Aromatheraphy ini berfungsi untuk menghilangkan ketegangan dan menciptakan rasa santai. Ini dilakukan dengan membakar minyak wangi di dalam kamar.
Contoh-contoh kesalahan karena tidak adanya objek dalam kalimat yang berpredikat verba transitif:
Seorang anak jalanan berbicara kepada saya kalau orang tua angkat mengusir ketika dia berumur sepuluh.
Alternatif pembenarannya:
Seorang anak jalanan berbicara kepada saya bahwa orang tua angkatnya mengusir dia ketika dia berumur sepuluh tahun.
5. Kesalahan karena Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Kesalahan penggunaan preposisi ini berupa pemakaian preposisi yang tidak tepat dalam kalimat, tidak dipakainya preposisi dalam kalimat yang menuntut adanya preposisi, dan pemakaian preposisi yang tidak perlu dalam suatu kalimat.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak tepat:
Banyak barang-barang dibeli oleh toko-toko pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
Alternatif pembenarannya:
Banyak barang dapat dibeli di toko-toko itu seperti, pakaian, makanan, tas, dan lain-lain.
Contoh kesalahan karena tidak adanya preposisi:
Kami pergi Pabrik Batik untuk mengerti tentang proses batik.
Alternatif pembenarannya:
Kami pergi ke pabrik Batik untuk mengerti proses membuat batik.
Contoh kesalahan penggunaan preposisi yang tidak perlu:
Kehidupan di guru-guru tidak mudah ataukah Anda bekerja di Indonesia atau Skotlandia di mana saya tinggal.
Alternatif pembenarannya:
Kehidupan guru-guru tidak mudah baik Anda bekerja di Indonesia ataupun di Skotlandia tempat saya tinggal.
6. Kesalahan Urutan Kata
Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada di depan yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam urutan ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
Hari ini, menarik hari.
Keluarga adalah sosial kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
Alternatif pembenarannya:
Hari ini adalah hari yang menarik.
Keluarga adalah kesatuan sosial yang paling penting bagi orang Batak Toba.
7. Kesalahan Penggunaan Konstruksi Pasif
Konstruksi pasif bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga yang mempunyai dua pola yang berbeda. Pola pertama dapat dibentuk dari pola aktif S + me- bentuk asal - (sufiks) + O menjadi pola pasif O + S + bentuk asal- (sufiks) untuk pronomina orang pertama, kedua, dan ketiga. Pola kedua dapat dibentuk dari pola aktif S + me- bentuk asal- (sufiks) + O menjadi pola pasif O + di - bentuk asal- (sufiks) + (oleh) + S hanya untuk pronomina orang ketiga.
Contoh kesalahan penggunaan konstruksi pasif:
Mesjid ini membuat untuk Sultan pertama.
Di dalam candi ada banyak kemenyan juga membakar.
Alternatif pembenarannya:
Mesjid ini dibuat untuk Sultan pertama.
Di dalam candi, ada banyak kemenyan dibakar.
8. Kesalahan Penggunaan Konjungsi
Konjungsi berfungsi sebagai penghubung frasa dan klausa dalam kalimat. Selain itu, konjungsi juga berfungsi sebagai penghubung antarkalimat dalam suatu paragraf. Kesalahan penggunaan konjungsi ini akan berakibat tidak jelasnya makna kalimat karena hubungan antarfrasa dan antarklausa tidak jelas.
Contoh kesalahan penggunaan konjungsi:
Guru-guru ada pertemuan sambil semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di sekolahnya.
Alternatif pembenarannnya:
Guru-guru sedang mengadakan pertemuan ketika semua murid berjalan-jalan dan berbicara dengan teman di halaman sekolah.
9. Kesalahan Penggunaan ‘yang’
Kesalahan yang dilakukan berupa penggunaan yang dalam kalimat yang tidak memerlukan ‘yang’ dan sebaliknya ‘yang’ tidak digunakan ketika kalimat-kalimat memerlukan yang untuk memperjelas makna kalimat tersebut.
Contoh kesalahan penggunaan’ yang’:
Menurut teman saya, TKA mempunyai peran yang penting sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantukan masyarakat dan prasarana lokal
Alternatif pembenarannya:
Menurut teman saya, TKA mempunyai peran penting sekali di dalam bisnis dan proyek-proyek karena bisa membantu masyarakat dan prasarana lokal.
10. Kesalahan Pembentuk Jamak
Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan mengulang nomina, penggunaan numeralia, dan penggunaan penanda jamak seperti, beberapa, sejumlah, para, banyak, sedikit, dsb. Apabila bentuk-bentuk itu digunakan nomina yang bersangkutan harus dalam bentuk tunggal. Contohnya, buku-buku, 125 buku, beberapa buku.
Kesalahan dalam hal ini adalah pemakaian bentuk beruntun ketika mereka membuat bentuk jamak. Mereka memakai penanda jamak tetapi nomina tetap diulang atau sebaliknya ada penanda tunggal tetapi nominanya jamak.
Contoh kesalahan penggunaan bentuk jamak:
Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam tempat-tempat wisata seperti Keraton, Taman Sari, pasar burung yang terletak di belakang Taman Sari.
Alternatif pembenarannya:
Kami didampingi oleh guru pribadi naik bis ke bermacam-macam tempat wisata seperti, Keraton, Taman Sari, dan pasar burung yang terletak di belakang Taman Sari.
C. Cara Membuat Ringkasan (Precis)
Ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan yang panjang dalam sajian yang singkat. “Precis” berarti “memotong” atau “memangkas”. Sebuah ringkasan bermula dari karangan sumber yang panjang, yang kemudian dipangkas dengan menggambil hal-hal atau bagian yang pokok dengan membuang perincian serta ilustrasi. Meskipun begitu, sebuah ringkasan tetap mempertahankan pikiran penggarang serta pendekatan yang asli. Jadi ringkasan merupakan keterampilan memproduksi hasil karya yang sudah ada dalam bentuk singkat.
Ringkasan berbeda dengan ikhtisar, walaupun istilah ini sering digunakan, tapi sesungguhnya keduannya berbeda. Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli namun tetap mempertahankan urutan isi sudut pandang pengarang asli. Ikhtisar sebaliknya, tidak perlu mempertahankan sistematika penulis sesuai dengan aslinya dan tidak perlu menyajikan isi dari seluruh karangan itu secara proposional. Dalam ikhtisar penulis dapat langsung mengemukakan pokok uraian, sementara bagian yang kurang penting dapat dibuang.
Ada beberapa cara yang dapat dipegang dan dijadikan sebagai panduan dalam pembuatan ringkasan yang baik dan teratur, adalah sebagai berikut:
1. Membaca naskah asli
Penulis membaca keseluruhan teks sehingga memahami kesan umum, maksud pengarang, dan serta sudut pandangnya.
2. Mencatat gagasan utama
Semua hal yang menjadi gagasan utama atau gagasan teks digaris bawahi atau dicatat.
3. Membuat reproduksi
Menyusun kembali suatu karangan singkat berdasarkan gagasan-gagasan tadi yang telah dicatat tadi.
4. Ketentuan tambahan
Ada ketentuan tambahan selain tiga cara diatas, sebagai berikut:
- Lebih baik menggunakan kalimat tunggal daripada kalimat majemuk,
- Ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata, gagassan panjang menjadi gagasan sentral, bahkah jika dibutuhkan paragraf dapat dibuang atau dipangkas,
- Semua paragraf yang ilustrasi dianggap penting atau dipersingkat atau digeneralisasi,
- Dalam ringkasan tidak ada pemikiran atau interpretasi baru dari penulis ringkasan,
- Ringkasan dari sumber asli yang berupa naskah pidato atau pidato langsung, penggunaan kata ganti pertama tunggal atau jamak harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga,
- Sebuah ringkasan umumnya ditentukan dari panjang ringkasan finalnya, misalnya 150 kata atau 200 kata tergantung pada permintaannya.
Contoh Bentuk Ringkasan.
Jumlah pemudik lebaran diperkirakan sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Meski demikian, lonjakan arus penumpang lebaran diantisipasi naik 10-15% agar jangan sampai kekurangan fasilitas angkutan. Untuk itu diharapkan arus pulang mudik lebaran sudah berlangsung jauh sebelum puncak lebaran tiba. Jika semua pulang ramai-ramai menjelang lebaran, diperkirakan pemudik akan menumpuk di terminal. Meskipun akhirnya terangkat juga. Hal ini memberi kesan seolah-olah kekurangan sarana, padahal sudah memadahi.
Sarana angkutan dari jauh-jauh hari sudah dipersiapkan. Angkutan bus betul-betul menjadi tulang punggung pada saat seperti ini karena lebih dari separuh pemudik diperkirakan akan terangkut oleh bus. Sementara hanya sepertiga dari seluruh pemudik yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya diperkirakan menggunakan jasa kereta api.
Angkutan jarak jauh tidak ada masalah. Perusahaan angkutan bus sudah mampu menyediakan dalam jumlah besar. Meski begitu, pemerintah tetap mempersiapkan juga. Tinggal masalah lancar dan tidaknya saja di perjalanan. Masalah satu ini jelas sangat ditentukan oleh disiplin bersama. Baik disiplin aparat, penyelenggara, maupun pemakai jalan, meskipun fasilitas terpenuhi jikalau lalulintas macet, apalah artinya.
Ringkasan teks di atas adalah sebagai berikut:
Jumlah pemudik diperkirakan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, meskipun diantisipasi akan naik 10-15%. Diharapkan proses mudik berlangsung jauh sebelum lebaran agar tidak terjadi penumpukan penumpang di terminal dan terkesan kekurangan sarana.
Separuh pemudik diperkirakan akan menggunakan jasa bus dan sepertiga dari seluruh pemudik yang berasal dari Jakarta dan sekitarnya diperkirakan menggunakan jasa kereta api. Perusahaan bus sudah mempersiapkan armadanya, demikian pula dengan pemerintah. Selanjutnya lancar dan tidaknya ditentukan oleh kedisiplinan bersama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alinea atau yang dikenal juga sebagai paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan.
Dalam pembentukannya memiliki beberapa syarat diantaranya : adanya kesatuan, adanya koherensi, dan memperhatikan perkembangan alinea. Adapun berkenaan dengan jenis-jenis alinea itu sendiri dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya, jika dilihat dari segi posisi kalimat topiknya ada paragraf deduktif, induktif, dan deduktif-indukktif. Jika dilihat dari segi sifat isinya, ada paragraf persuasif, argumentasi, naratif, deskritif, dan eksposisi. Adapun jika dilihat dari segi fungsinya dalam karangan, ada paragraf pembuka, pengembang, dan penutup.
Dalam analisis kesalahan-kesalahan penggunaan kalimat dapat dikeriteriakan ke dalam beberapa topik yaitu : ketidakefektifan kalimat, kesalahan pemilihan kata, kesalahan penggunaan afiks, tidak lengkapnya fungsi-fungsi kalimat, kesalahan pemakaian preposisi, pembalikan urutan kata, kesalahan penggunaan konstruksi pasif, kesalahan pemakaian konjungsi, ketidaktepatan pemakaian yang, dan kesalahan dalam pembentukan jamak.
Adapun dalam teknik penulisan ringkasan yang harus diperhatikan adalah : Membaca naskah asli, mencatat gagasan utama, membuat reproduksi, dan juga mengikuti ketentuan-ketentuan tambahan selain dari tiga poin diatas.
3.2 Saran
Sebagai pelajar sudah semestinya dapat menguasai cara-cara pembuatan alinea atau paragraf dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tata bahasa. Selanjutnya penting kiranya juga supaya tidak melakukan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan kalimat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Warsiman. 2010. Bahasa Indonesia: Teori dan Aplikasi. Surabaya: Unesa University Press
Keraf, Gorys. 1996. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah
Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung : Penerbit Angkasa.
George, H.V. 1972. Common Errors in Language Learning ; Insight From English. Massachusetts : Newbury House Publisher.
Munawarah, Sri. 1996. “Kesalahan Penulisan yang Dilakukan Penutur Asing dalam Belajar Bahasa Indonesia”. Konferensi Internasional II Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA II). 29 Mei - 1 Juni 1996 di Padang.
0 komentar:
Posting Komentar